Minggu, 30 September 2012

manajemen qalbu

MANAJEMEN QOLBU
I.    PENDAHULUAN
    Sesungguhnya hati yang keras merupkan masalah yang akan membawa akibat sangat berbahaya, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Sungguh, selama ini kita telah meninggalkan jalan (manhaj) Alllah SWT dalam hidup ini bahkan kita malah mengikuti jalan setan, setan setan itu kemudian menghiasi pandangan kita akan keindahan dunia. Akibatnya , kita lalu melakukan beragam kemaksiatan tanpa peduli, sehingga kehidupan kita menjadi seperti jahiliah atau hampi hampir jahiliah.
    Perbuatan tersebut terjadi karena kegagalan dalam mengelola qolbu sebagai landasan dalam kehidupan. Imam al ghazali pernah menyatakan bahwa hati (qollbu) itu seperti cermin. Jika seseorang hatinya bersih atau sehat dari kemaksiatan maka hampir bias dipastikan bahwa perbuatannya yang muncul juga akan baik. Jadi titik sentral perbuatan manusia sesungguhnya terletak pada hati.
    Di dalam ungkapan tersebut terdapat nasehat yang dapat menjadi obat penawar bagi yang sakit, menghapus dahaga, menghancurkan kepalsuan, menghilangkan syubhat, menyelamatkan orang yang tenggelam, menyinari jalan, dan membuat hati menjadi nyaman. Orang yang beruntung adalah yang mampu mengambil nasihat dari orang lain, sedangkan orang yang celaka adalah yang dirinya menjadi nasihat bagi orang lain.
    Kami memohon kepada Allah agar terjaga dari perbuatan maksiat dan dosa, dan semoga kita diberikan taubat dan ampuna, jika kita terlanjur berbuat dosa. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa hamba hambanya.

II.    RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian manajemen qolbu?
2.    Apa tujuan manajemen qolbu?
3.    Dapat digolongkan menjadi berapa hati manusia?
4.    Apa yang menyababkan hati menjadi keras?
5.    Bagaimana ciri Hati yang keras?
6.    Bagaimana mengobati Hati yang keras?

III.    PEMBAHASAN
1.    Pengertian Manajemen Qolbu
Sebenarnya tidak ada perbedaan antara MQ dengan metode dakwah islam lainnya, di dalamnya pun tidak ada yang baru, semua merupakan pnjabaran ajaran islam. Hanya pembahasannya lebih diperdalam, dibeberkan dengan cara yang actual dengan inovasi dan kreativitas dakwah yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Inti pembelajaranya sendiri ada pada qolbu.
2.    Tujuan Manajemen Qolbu
Dalam diri manusia yang terpenting ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi benar, disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya dijalan yag benar.
Qolbu mempunyai potensi yang negatif dan potensi yang positif. Allah telah menyiapkan keduanya dengan adil. Dan disinilah pentingnya fungsi manajemen. Manajemen secara sederhana berarti pengelolaan. Sebuah sistem dengan manajemen yang baik, dengan pengelolaan yag baik, sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah akan membuahkan hasil yang optimal.
Dapat dipahami pula bahwa kita tidak berakhlak mulia bukan karena tidak berpotensi, tapi karena manajemen diri kita yang masih buruk. Kita mampu mengelola otak kita menjadi cerdas, memiliki daya ingat yang kuat, yakinlah itu bias dilakukan. Kita bias kelola fisik sehingga mampu melakukan sebuah gerakan bela diri dengan sempurna, pukulannya semakin akurat, tapi itu tidak cukup kalau hatinya tidak dikelola denga baik. Karena semua itu tidak akan memiliki nilai positif jika hatinya tidak dikelola dengan baik. Begitulah, hati menentukan nilai: mulia atau hina. Jangan aneh jika ada orang cerdas, tapi tidak mulia hidupnya, bukan karena kurang cerdas, tapi kecerdasannya tidak dibimbing oleh hatinya.
Orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih, kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuaannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, keteganga berkurang, dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian
Intinya hidup ini tergantung pada suasana hati, barang siapa yang bias memanage (mengelola) hati, niscaya hidup akan luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga di akhirat kelak.
3.    Penggolonga Hati Manusia
3.1    Hati yang sakit (Qolbun Maridh)
Orang yang menderita Qolbun Maridh aka sulit menilai secara jujur apa pun yang nampak di depannya. Melihat orang yang sukses timbul iri dengki; mendapati kawan memperoleh karunia rezeki, timbul resah dan benci. Bila sudah di temukan, ia akan merasa puas dan gembira. Ibarat menemukan barang berharga, ia kemudian menyebarkan aib dan kekurangan itu kepada siapa saja. Ini semua dilakukan agar kelebihan yang ia temukan pada orang tersebut akan tenggelam. Na’udzubillah.
Adapun ciri lainnya dari hati yang sakit adalah, cenderung menyukai makanan rohani yang akan memberinya madharat. Sebaliknya, ia enggan mendengar dan menerima santapan rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit.
3.2 Hati yang mati (Qolbun Mayyit)
Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati dicubit, dipuku bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa apa. Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baik atau buruk, dirasakannya sebagai hal yang biasa biasa saja; tidak memiliki nilai sama sekali, kalaupun ia berbuat kebaikan sekecil apapun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu pujian serta penuh ujub dan takabur.
Dengan demikian, hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya. Hati yang seperti ini menurut Dr. Ahmad Faridh dalam bukunya Tazkiyat an Nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah Azza wa Jalla.
3.3 Hati yang sehat (Qolbun Shahih)
Seseorang yang memiliki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memiliki tubuh yang sehat, ia akan berfungsi optimal, ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar benar sudah melewati perhitungan yang jitu, berdasarka hati nurani yang bersih.
Diantara ciri orang yang hatinya sehat adalah hidupnya diselimuti mahabbah (kecintaan) dan tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala mencintai sesuatu, maka cintanya semata mata karena Allah, dengan begitu ia tidak akan berlebihan mencintai makhluk.
4.    Penyebab Hati Menjadi Keras
Ada banyak sebab yang menyebabkan hati ini menjadi keras, antara lain adalah:
a.    Melupakan kematian, sakaratul maut, alam kubur, siksa dan nikmat kubur. Padahal alam kubur adalah tempat ahir yang pertama kali.
b.    Terlalu mencintai dunia dan tenggelam di dalamnya, serta menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya.
c.    Lupa dari dzikrullah (mengingat Allah) dan lupa membaca kitabnya. Kalaupun mebacanya, seolah olah ia hanya membaca majalah, karena tidak pernah memikirkan dan merenungkan janji janji, ancaman, berita dan pelajaran yang ada didalamnya.
d.    Suka bergaul atau duduk dengan orang yang banyak bergurau dan tertawa, padahal sebagian mereka kadang banyak berdusta dalam berbicara.
e.    Terlalu banyak dosa dan maksiat, sehingga kemaksiatan itu sudah menjadi terbiasa baginya.
5.    Ciri Hati Yang Keras
Setiap penyakit tentu ada cirinya, dan biasanya akan tampak pada manusia, ketika penyakitnya sudah sangat parah. Demikian dengan halnya hati yang keras (Qaswatu al Qalb) ini. Seseorang yang hatinya keras mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
a.    Tidak terpengaruh oleh peristiwa yang terjadi di sekitarnya, seperti kematian kauniyah (fenomena alam), keajaiban yang terjadi di depan matanya setiap saat.
b.    Rasa cintanya terhadap kenikmatan dunia semakin bertambah.
c.    Malas untuk melakukan amal kebaikan, terutama dalam hal ibadah, bahkan mungkin ia bersikap sembrono dalam melaksanakan sebagian ibadahnya.
d.    Lemahnya keinginan untuk melakukan amal shaleh, dan lemahnya keingina atau niat untuk bertaubat, hingga hal itu nyaris tidak ada di dalam dirinya.
e.    Kewajiban dan kefardhuan yang ditetapkan oleh Allah kepadanya terasa sangat berat di punggungnya, sehingga lidahnya sering kali mengatakan, “saya ingin segera selesai dari tugas tugas ini.
6.    Cara Mengobati Hati Yang Keras
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila kita berada dalam kondisi yang sakit, ini artinya kita sedang berada dalam keadaan bahaya, baik di dunia maupun akhirat. Oleh sebab itu kita perlu mengobati penyakit hati yang kronis ini, sehingga kita dapat kembali pada Islam dengan benar.
Berikut ini ada beberapa wasilah atau sarana untuk mengobati hati yang sakit sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama’ antara lain adalah:
1.    Mau mengambil pelajaran (i’tibar) dari peristiwa kematian dan hal hal yang menyusahkan ketika sudah mati. Dal hal ini Rasulullah pernah bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat mati (sesuatu yang dapat menghancurkan kenikmatan).” Oleh sebab itu, hendaknya kita semua sibuk untuk mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menemuinya, sebab kematian itu adalah ahir dari tempat kehidupan dunia dan awal dari kehidupan ahirat.
2.    Menyaksikan orang sedang sakaratul maut. Sesungguhnya orang sakaratul maut itu kondisinya sangat kritis, sehingga para sahabat, tabi’in, waliyullah dan orang saleh pun merasa tersentak karena takut. Diriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa ketika ia sedang sakaratul maut, dia di datangi oleh temen temennya, mereka melihat dirinya saat itu menangis. Maka temen temennya mengingatkan kebaikan kebaikan amaliahnya dan keagungan rahmat Allah. Dia lalu mengatakan: “Sesungguhnya saya menangis karena khawatir imanku akan hilang di saat sakaratul maut ini.”
3.    Ziarah kubur. Sesungguhnya ziarah kubur itu sangat penting bagi seorang muslim, terutama bagi orag yang hatinya keras, sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan kematian.
4.    Membayangkan terjadinya hari kiamat dan huru haranya. Jika ada seorang ingin kembali ke dunia dan ingin menghabiskan seluruh umurnya untuk ketaatan kepada Allah, maka katakanlah bahwa dulu ada salah seorang yang saleh, yang pernah menggali liang kubur di dekat rumahnya. Setiap kali hatinya merasa keras, maka orang tersebut masuk kedalam liang kubur tersebut, seraya membaca ayat, yang artinya: Dia berkata: “Ya Tuhan, kembalikanlah aku ke dunia, sehingga aku akan dapat berbuat baik, yang dulunya kami tinggalkan.” Hal itu sekali kali tidak ungkin. Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang di ucapkannya saja (omong kosong). Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding), sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al Mukminun: 99_100). Orang shaleh tadi lalu mengatakan dalam hatinya sendiri: Nah, ini kamu sekarang telah kembali ke dunia. Maka Perbanyaklah amal baik.
5.    Memikirkan bahwa dunia itu sekedar rumah singgah bagi orang asing dan orang yang sedang melakukan perjalanan, sedangka tempat tinggal yang hakiki adalah akhirat, surga atau di neraka.
6.    Selalu ingat Allah dengan lidah dan hatinya.
7.    Memperbanyak membaca al Qur’an
8.    Selalu mengerjakan Shalat tepat pada waktunya.
9.    Menghadiri majlis para ulama dan pemberi nasehat.
10.    Berhati hati untuk tidak banyak bicara.
11.    Memperbanyak istighfar.
12.    Memperbanyak berdoa dan bertadharru’ (memohon sungguh sungguh dan merendahkan diri kepada Allah). Sebab doa merupakan penyambung kepada Allah.

IV.    KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan hal hal sebagai berikut:
1.   
V.    PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun, mungkin masih banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan datang. Mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan kata, semoga makalah ini menfa’at untuk kita semua.
VI.    DAFTAR PUSTAKA
Dr.Amir Said az-Zairi, Manjemen Kalbu, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2002
Gymnastiar,Abdullah, Aku Bisa, MQS Publishing, Bandung, 2005